POTRET MIMPIKU DI PUNCAK KINGDOM TOWER
Fotografi…
satu kata Sembilan huruf ini mulai menjadi bagian dalam hidup gue sejak satu
tahun yang lalu, tepatnya waktu gue kelas 3 SMP. Awalnya sih gue Cuma
iseng-iseng aja jepret-jepret pemandangan di sekitar rumah. Gue memang lebih
suka motret daripada dipotret, soalnya menurut gue, gue itu bukan type orang
yang photogen alias photo genic.
Selain gue, Papa juga suka banget sama yang
namanya Fotografi. Kata Mama, Papa mulai suka fotografi saat masih kuliah.
Wuihh… udah lama banget kan?
Papa
bekerja di sebuah restoran sebagai seorang manajer. Akan tetapi, terkadang Papa
juga membutuhkan kamera dalam bekerja. Oleh karena itu, saat gue kelas 3 SMP,
Papa beli kamera DSLR! Wow! Siapa sih yang nggak ngiler? Apalagi, bagi yang
suka fotografi seperti gue.
Waktu
liburan sekolah, Papa ngajarin gue cara menjadi fotografer yang baik dan dapat
menghasilkan foto yang berkualitas. Jelas saja gue langsung kegirangan nggak
jelas.
Pagi-pagi,
waktu matahari sedang bersinar dengan cahayanya yang paling hangat dan mempesona,
gue sudah stand by di teras depan rumah meskipun udara pagi
masih so cool alias dingin banget
karena hujan mengguyur daerah rumahku sejak tadi malam. Embun-embun berbentuk
bulat menghiasi dedaunan menciptakan suatu nuansa tersendiri yang memikat hati.
Setelah
ditunggu-tunggu, akhirnya Papa keluar dari rumah dan mengalungkan sebuah kamera
DSLR yang mengkilat! Tangan gue rasanya gatel banget pengen cepet-cepet nyoba
jepret sana jepret sini pake kamera mahal. Tapi, ternyata gue harus belajar
teknik-tekniknya dulu. Hmp! Langsung lemes deh gue. Bukan Cuma pelajaran di
sekolah aja yang penuh dengan teori dan teknik-teknik.
Papa
jelasin semua hal tentang fotografi, mulai dari kecepatan, nilai F, focus,
bukakan diafragma, ISO, dan teknik-teknik lainnya. Meskipun rasanya susah
banget mencerna semua teori tentang fotografi, tapi gue bisa memahami sedikit
demi sedikit.
Nah
tibalah saat yang gue tunggu-tunggu, waktunya jepret-jepret! Gue langsung
memvonis embun-embun sebagai objek fotografi. Gue memakai tangan kanan untuk
memencet tombol utama dan tangan kiri untuk menahan lensa yang beratnya luar
biasa, apalagi kalau lensa makro! Berat sih, tapi jempol seratus pun masih
belum bisa mendeskripsikan kualitas gambarnya yang keren banget!
Mulai
saat itu, gue suka banget sama yang namanya fotografi. Gue juga mulai suka baca
majalah-majalah fotografi. Ada keinginan di hati gue bahwa suatu saat bisa
memenangkan suatu kontes fotografi dan hasil jepretan gue dilihat banyak orang.
Kebayang kerennya kan?
Gue mulai serius mempelajari
segala seluk-beluk fotografi dari mana aja! Setiap liburan, gue Hunting sama Papa dan Kakak. Sebenernya
sih Cuma jalan-jalan di sekitar rumah. Tapi, karena daerah rumah gue masih
banyak pepohonan, jadi gampang banget buat nemuin objek. Objek favorit gue
adalah serangga (khususnya kupu-kupu dan kumbang), embun dan bunga-bungaan.
Setiap selesai Hunting, gue dengan
penuh sukacita ngedit foto-foto hasil jepretan di Photoshop dan gue kumpulin di
satu folder.
Di SMA, banyak juga yang suka sama fotografi,
termasuk Hilda, Siwi, dan Wiji, teman-teman sekelas gue. Kadang, gue dan Hilda
saling cerita tentang fotografi dan membuat orang yang nggak tau fotografi jadi
bingung bahkan justru jadi penasaran.
Dalam
memperingati HUT sekolah bakal diadakan lomba fotografi! Waaa! Rasanya gue
melayang deh sampai langit ketujuh! Tanpa ragu-ragu, saat rapat dalam
menentukan penanggung jawab kelas untuk masing-masing lomba, gue langsung
mengajukan diri bersama Wiji dan Siwi.
Setelah
menerima tanggung jawab ini, gue semakin giat mencoba-coba di rumah, terutama
dalam mengedit foto di Photoshop. Lomba dibagi menjadi dua, yaitu bertema bebas
dan bertema All About Smansabara. Gue, Siwi, dan Wiji sering banget berdebat
masalah objek yang akan digunakan dalam lomba bertema bebas.
Setelah
melalui perdebatan yang nggak kalah ramenya dengan debat capres cawapres,
akhirnya ditemukan kesepakatan kalau mereka akan menyumbangkan karya-karya
terbaik dan membebaskan gue untuk memilih satu yang terbaik. Bagi fotografer
amatir seperti gue, memilih karya seni yang terbaik itu susahnya bagaikan
melebihi susahnya soal-soal OSN! Biar adil, akhirnya gue minta Papa untuk
memilih dan ternyata Papa memilih hasil karya gue, yaitu foto kupu-kupu untuk
yang bertema bebas dan foto taman sekolah untuk yang bertema All About
Smansabara!
Rasanya
hati gue berdebar-debar full of joy!
Gue langsung ngedit foto terbaik gue dengan sebaik-baiknya dan malam-malam
kurang kurang dari dua belas jam menjelang deadline,
gue langsung melesat ke tempat cetak foto. Keesokkan harinya, kedua foto yang
sudah disertai dengan keterangan itu langsung gue serahin ke bagian OSIS yang
menjadi penanggung jawab lomba. I wish I
could be the winner!
Malamnya,
gue langsung nulis “Memenangkan Lomba Fotografi dalam HUT Smansabara” di
catatan “List of My Dream”, gue
ngerasa kalau mimpi gue ini benar-benar tinggi, bahkan mungkin setinggi puncak
Kingdom Tower di Arab Saudi.
Gue
selalu berdoa kepada Tuhan yang Maha Esa semoga Dia mengabulkan mimpi yang
tinggi ini meskipun gue yang pendek dan apa adanya ini bakal susah untuk
mencapainya.
Tepat dihari H, semua foto
dipajang di papan pengumuman di pinggir lapangan dan dilihat semua siswa SMAN 1
Banjarnegara. Rasanya hati gue seneng sekaligus berdebar-debar. Gue merasa
saingan terberat gue adalah Hafidh, siswa seangkatan gue yang kemampuan
fotografinya sudah menjadi buah bibir. Bahkan, gue sempat pesimis waktu melihat
kerennya foto Penari Bali karyanya meskipun teman-teman gue berkali-kali memuji
hasil karya gue yang menurut mereka bagus banget. Bahkan, sampai ada yang ngira
gue ngambil di google! Gimana nggak sebel coba? Mungkin… karena terlalu bagus
kali ya? Hahaha…
Ini
adalah hari pengumuman semua lomba. Gue yang bertubuh pendek selalu berada di
barisan paling depan. Satu per satu juara dari berbagai lomba mulai disebutkan
hingga sampailah pada pengumuman lomba fotografi. Begitu sedih hati gue ketika
ternyata kelas gue nggak menang. Rasanya gue pengen nangis, bahkan teman-teman
gue sampai nggak terima kalau kelas gue nggak menang.
Ternyata,
kelas gue memang nggak memenangkan tema All About Smansabara, tapi kelas gue
memenangkan yang bertema bebas! Gue dan teman-teman sekelas gue langsung
lompat-lompat kegirangan. Pertama kalinya gue mengikuti lomba fotografi dan
bisa memenangkannya! Ya, inilah potret hidup gue yang paling berharga, potret
mimpiku di Puncak Kingdom Tower.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar